Sampai berjumpa lagi Kang Hamid #NjagongHamid

Saya kenal sampean awal 2010 kang. Waktu itu saya mberaniin diri bikin event meetup setarap di Jogja, padahal saya bukan anak komunitas IT mana-mana, sampean hadir bersama temen-temen @jogtug disitu, ada kang Veta, Baba Yahudi, Bernad dan temen-temen lainnya – saya ndak akan lupa sampean ngikik bareng (dan cerita ini selalu kita bahas) pas Baba nyamber Bos e Kaskus dengan kata “Maho Maho” πŸ˜€

Sejak saat itu kita mulai aktip srawung, sampean bantuin saya di event-event Bancakan, saya selalu inget sampean mesti bilang gini nek kita bikin kaos “Buos, ak siji sing ukuran gede ya” πŸ˜€ – sampean juga yang ngenalin saya sama semua orang-orang sakti di Jogja dan Jakarta. Lewat sampean akhirnya event Bancakan jadi rame, dan kita jadi kenal satu sama lain sama sedulur-sedulur yang kemarin saya lihat hadir di penghormatan terakhir sampean

Terus sampean makin sering jedal-jedul di Onebit sejak kita ada nganuan bareng Ka Ling, Isna, Dadai dan Om Ded – saya sudah lupa berapa kali meeting dan corat-coret di whiteboard ruangan saya itu, yang jelas sampean selalu mengingatkan saya untuk nulis tanggal mulainya di situ ben kabeh kelingan πŸ˜€ – saya nyesel nganuan ini belom sampe bisa ngasilke recehan buat kita semua, kita belum bisa mbandhani sampean ke Banda Neira kang

Banyak sekali cerita bareng sampean, tapi kali ini saya ta’cerita soal beberapa waktu terakhir sebelum sampean pulang meninggalkan kita semua

Sebulan terakhir sebelum sampean dipundhut Gusti, rembugan kita makin intensif, awalnya dari ngrasani dan ngecrohi Jasoet – ngenalke saya ke temen SMP sampean yang sampean jamin “He’s worth every penny” , Whatsapp tengah malam demi misi sampean menolong teman-temin sampean itu, hingga rencana sampean untuk ngewangi saya full time di Wirajaya 312

Selasa (19/05) jadi saat terakhir saya ketemu sampean dalam keadaan sugeng, seperti biasa sampean njedul di pintu ruangan saya, masuk dengan kalimat “Salaman sek” – dan duduk-duduk bareng. Njuk sampean ke belakang mbuka kulkas, bikin sirup senenganmu kae dan nengokin Meksum di belakang

Rabu (20/05) pagi Jasoet lagi mulang di Onebit, trus terima telpon mendadak dari kantor Hulaa – saya rada terusik karena Jasoet rodo bengak-bengok pas nompo telpon

Ngopo kang?”

Iki aku dikabari cah-cah jarene Hamid semaput, njuk digawa neng RS – aku ta’mrono sikik ya, mesakke cah-cah panik

Woiya monggo, mengko aku dikabari ya?”

Ndak lama trus Jasoet ngomong gini di group

Hamid-berpulangLangsung saya nelpon Jasoet

Cuk, Sampean tenanan lho iki?!!”

Iya kang, hamid udah ga ono

Ak mrono saiki!

Saya langsung mancal motor bersama Dadai, Hiraq dan Meksum – cuma Hiraq yang saat itu belum tau kabar kepergian sampean – sampe RS saya parkir njuk mlayu neng UGD barengan Mbak Kiky – sampe UGD ketemu Jasoet, Ka Ling, Mz Veta yang matanya sudah memerah – iki rak ora tenan to cah? 😦

Saya masuk ke UGD, saya lihat sampean sudah diselimuti hingga kepala – saya memberanikan diri buka selimut tersebut – saya melihat wajah sampean tersenyum jenaka, podo nek wajahmu turu biasa – saya tepuk-tepuk pipi sampean masih anget – sepertinya belum lama dijemput Izrail, saya percaya Izrail pasti gojekan dulu sama sampean, kalo nggak ndak mungkin wajah sampean senyum guyon begitu. Wong jarene Izrail ki rupane sangar, nek sampean isih senyum, berarti yo mesti bar gojek kere sikik.

Saya tercekat saat keluar dari UGD – sama sedihnya sama temen-temen yang lain. Tapi entah kenapa saya ngerasa sampean sudah tenang, sudah merdeka sekarang, sudah ndak perlu bingung lagi nanya “Jodoku piye?”. Saya ngerasa Gusti yang paling sayang sama sampean – mungkin sampean saat ini sudah mulai nyepik bidadari, opo malahan lagi QC bidadari disana?

Selamat jalan sahabatku – Maafkan kalo saya masih banyak janji yang belum bisa saya tepati

Sing tenang kang neng kono, salam metal untuk Kanjeng Nabi :”)

 

Europe Trip Part 1 : CGK to Schipol

Tulisan ini, harusnya sudah dituliskan 2 tahun yang lalu – ketika masih hangat-hangatnya, ketika ingatan masih segar-segarnya. Bukan sekarang, ketika sudah banyak yang lupa.

Tapi apalah daya, bersembunyi di balik alasan waktu, saya simpan cerita ini hanya di pikiran saya saja. Hingga akhirnya seseorang memintaku untuk menceritakannya padamu.

Baiklah.

Ceritanya, 2011 lalu. Ada 2 orang (more…)

Singapore Trip – Day 1

Kemarin ceritanya habis jalan-jalan hore barengan tim #HoRepublik – trip kali ini kita menjajah Singapore, sekalian pengen belajar di event Communicasia

Rombongan Selasa sore dipimpin oleh Kepala Adat CakU dan diikuti oleh saya, Dadai, Azis, Manda, OmKas – kita berangkat sore naik Tiger Airways jam 17.45 – menjelang maghrib kita mulai mabur – rombongan berdatangan dari berbagai macam arah, BlokM, Depok dan Slipi – setelah menghabiskan beberapa butir telor asin bakar, barulah kita terbang

Senja di ujung Benda

Pesawat mendarat di Changi Airport tepat jam 21.00 – kami pun bergerak melewati imigrasi, semua lolos kecuali om Azis, sepertinya kudu (more…)

Pomodoro

Pertama kali denger istilah ini dari Didiet, kesan awal langsung keinget sama nama warung sate πŸ˜€ *itu sih Podomoro kalee

Pomodoro sendiri arti harfiahnya adalah tomat, berasal dari bahasa italia, nggak ada alasan yang ilmiah selain karena penemu teknik ini adalah seorang italiano

Teknik ini cukup simpel, mirip dengan fungsi timer yang memberikan kita limit dalam mengerjakan sesuatu, tujuannya jelas untuk mendukung kita untuk getting things done dalam waktu yang terbatas

Ada 5 proses yang ada di teknik ini (more…)

Intro

Hello..i’m back

Sudah bertahun-tahun yang lalu sejak saya terakhir posting di blog ini πŸ˜€ iseng membuka account WP dan ternyata masih aktif

kebetulan? ndak juga sih, ceritanya begini..

Kemaren pas lagi beberes kamar, saya nemuin buku kecil yang setiap awal tahun selalu saya isi dengan target, mimpi, visi dan harapan dalam setaun ke depan – di halaman yang bertuliskan “Misi 2011” ada salah satu poin yang berkata “Kembali ngeblog, berbagi melalui tulisanmu”

Dan semoga blog post ini bisa memulai posting-posting selanjutnya yang (semoga) bisa bermanfaat

#demikian

Bersiap untuk Menghebat

Sebelumnya, saya ingin mengucapkan selamat tahun baru, baik Hijriah maupun Masehi, buat semuanya..hehehe walaupun udah telat, tapi gpp lah ya..soalnya baru sempet posting juga hehe πŸ˜›

awal tahun ini saya mulai dengan merayakan bersama kawan-kawan dan keluarga di AngkringQ Cafe, tempat makan hasil keroyokan bersama oknum-oknum pecinta nongkrong yang bersekutu membentuk tempat nongkrong baru dengan konsep berbeda, hehe oia silakan mampir ke AngkringQ Cafe di Jalan Pandega Satya No.10 Jakal Km 5,8 Jogja

Next, hari kedua dan selanjutnya mulai lebih rapi terisinya, entah kenapa tahun 2009 ini saya sambut dengan agak berbeda dengan penyambutan tahun-tahun sebelumnya, saya merasa di tahun 2009 ini lah turning point saya akan terjadi, banyak peristiwa besar hidup yang akan terjadi di tahun 2009 ini, mulai dari skripsi yang tentunya akan berujung pada proses hilangnya status saya sebagai mahasiswa a.k.a lulus, kemudian ke masalah pekerjaan, masalah kehidupan, kualitas diri , Pemilu 2009 (hehehe apa hubungannya?) dan masih banyak beberapa hal

dan semuanya itu tentunya harus kita hadapi dengan perencanaan yang lebih jelas, istilah kerennya tuh Resolusi 2009, karena seperti kata Aa’ Gym “Gagal Merencanakan Berarti Merencanakan Gagal”, hohoho terbius oleh (more…)

Terus Melangkah

Err..sebelum saya memulai postingan ini, sebelumnya saya ingin mengumumkan bahwa segala macam permasalahan yang pernah terjadi di postingan sebelumnya alhamdulillah sudah dapat diselesaikan secara kekeluargaan, mudah-mudahan bisa menjadi pembelajaran bagi semua pihak yang terkait, amiin..

Β 

Hmm..sementara kurasakan hidup terasa lebih melegakan setelah pada minggu-minggu sebelumnya beban-beban hidup datang dengan sempurnanya, tugas-tugas di kampus, persiapan seminar proposal, kerjaan yang ditunda-tunda, deadline yang semakin mepet, dan beberapa hal yang saya hanya bisa menunggu saja, karena segala upaya sudah dilakukan dan tinggal berdo’a, berdo’a dan berdo’a (Keep Praying my boi’s.. πŸ™‚ ), dan minggu ini beberapa sudah terlewati, dan akhirnya saya bisa sedikit merenggangkan otot-otot, menerima undangan makan-makan, dan kembali ke lapangan hijau futsal yang saya rindukan

begitu pula dengan suasana hati yang semakin membaik, masalah-masalah sudah mulai menemukan jalan penyelesaiannya masing-masing, komunikasi semakin terjaga, ruang-ruang rindu mulai buka pintu dan saya pun mulai menyadari betul bahwa sesungguhnya bersamaΒ kesulitan itu ada kemudahan, yang penting bagaimana kita bersabar dalam menghadapi kesulitan itu, yaah saya pun harus masih banyak belajar tentang sabar ini, sehingga selanjutnya bisa lebih ikhlas dalam berperilaku

sekarang..saatnya memilin kembali benang-benang yang kemarin sempat kusut berkisut, saatnya merapikan retak-retak dan repihan, saatnya mencuci baju-baju yang kotor, membersihkan debu-debu di sudut-sudut lemari, dan menata buku-buku yang bergeletakan, tak terasa 2 minggu lagi teori-teori perkuliahan akan lunas terlahap, dan saatnya menginjak ke langkah akhir dari perjalanan perkuliahan, sebuah kata legendaris yang kadang menggetarkan dan memojokkan, yang menjadi bukti keabsahan mahasiswa untuk menahbiskan dirinya menjadi seorang sarjana, sebuah kata yang kadang dihindari, tidak disukai, tapi harus diselesaikan, kata itu adalah Skripsi!

hingga akhirnya saya berhenti pada titik tanpa ada pilihan lain kecuali segera menyelesaikannya..

Mohon kiriman do’anya kawan..

Doubtful Debate

Belum lama ini saya menanyakan kepada seseorang tentang sebuah komunitas debat yang dulu rajin disambanginya, bahkan komunitas itu sempat menjadi lingkaran terdekatnya dalam beberapa masa..kenapa saya tertarik untuk menanyakan hal ini, karena saya sedikit jengah dengan beberapa tayangan di TV tentang debat-debat yang tidak berujung pada sebuah solusi konstruktif, yang seolah-olah cuma menjadi ajang adu retorika belaka dari beberapa kepentingan.

dan pertanyaan itu pun mendapat jawaban, memang kata beliau, sebuah debat ‘hanya’ ditujukan untuk melatih public speaking, kemampuan berdiplomasi dan kemampuan tampil, bukannya untuk mencari solusi, karena memang sejak awal bukan itu lah tujuan lomba debat. dan bisa kita lihat kebiasaan itu pun menjalar ke level-level yang lebih tinggi, level dewan misalnya.

saya jadi ingat cerita salah satu kawannya Bang Anis Matta dulu waktu di IPM, yang sedang mengikuti training kepemimpinan, disitu ada sebuah pertanyaan menarik untuk diperdebatkan, begini pertanyaannya “Ada seorang kader baru keluar dari training tengah malam, tiba-tiba dia ditelepon bahwa ibunya sedang berada dalam sakaratul maut, dia pacu motornya, tetapi tiba-tiba ada lampu merah, tidak ada polisi, menurut anda apakah dia harus menerobos lampu merah itu?atau tetap berhenti, tapi kalo bertahan, situasinya bakalan gawat, dan mungkin dy tidak sempat bertemu dengan orang tuanya”

Kemudian para peserta berdebat sengit luar biasa, bahkan sampai berjam-jam, bahkan hingga instruktur tertawa, menertawakan kekonyolan yang sedang terjadi. Memang saya akui banyak hal-hal yang dipelajari, seperti keberanian dan sebagainya, tapi sejak awal peserta tidak diajarkan untuk berpikir besar, permasalahan yang dibahas pun masih remeh-temeh, kenapa? karena sejak awal yang dilatih adalah teknik berdebat.

Jadi disitu orang belajar tentang retorika, public speaking dan seterusnya, namun (more…)

semua kembali padaNya

Innalillahi wa inna ilaihi raji’uun..

telah berpulang ke Rahmatullah, Imam Samudra, Amrozi dan Mukhlas..


terlepas dari kontroversi mereka dan perbuatan khilaf yang mungkin pernah mereka lakukan, mereka tetaplah bagian dari persaudaraan Islam ini..

mari sejenak kita kirimkan do’a..semoga ALLAH menerima mereka bertiga di sisiNya..

amiin..