“Riset majalah ini menuliskan bahwa sepanjang musim 2006/2007 ini rata-rata penonton baru 19.361 orang, ini adalah angka terendah dalam 40 tahun terakhir, Uniknya, rata-rata penonton ini menyusut hingga sekitar 10 ribu orang dibandingkan dengan pada 10 pertandingan awal Serie-A satu dekade lalu. Tak heran mengapa hingar bingar penonton kian sirna dari bangku penonton di setiap laga Serie-A terus mengalami penurunan”
BOLA-Vaganza No. 62 edisi Desember 2006
Ya, musim 2006/2007 ini dapat dikatakan sebagai titik nadir perkembangan salah satu liga (yang dulunya) dianggap sebagai liga terbaik di dunia, minimnya persaingan antar klub, menurunnya jumlah penonton yang hadir ke stadion, dan tentunya dominasi total dari satu klub saja.
Kalo mau diurutin, ini adalah salah satu efek dari calciopoli, kasus paling memalukan dalam sejarah perkembangan sepakbola Italia, yang sudah bikin Liga Italia kehilangan sentuhan magisnya, liat aja dari hukuman yang diberikan terhadap tim-tim, ada yang terkena pengurangan poin, namun ada juga yang harus rela diturunkan ke Serie-B
Dominasi Inter dalam musim 2006/2007 serta menukiknya prestasi tim penuh tradisi sekelas AC Milan benar-benar membuat musim kali ini menjadi sangat membosankan, lesunya gairah di bursa transfer, dan meningkatnya popularitas liga-liga saingan seperti Premiership dan La Liga menambah keterpurukan Serie-A yang dulunya selalu dijadikan acuan dalam perkembangan liga-liga dunia lainnya, salah satu faktor utama dalam kemunduran ini adalah terdegradasinya salah satu tim langganan juara Serie-A yaitu Juventus
Hilangnya Si Nyonya Besar dari persaingan Serie-A benar-benar mengurangi atmosfer persaingan di Serie-A, di sisi lain, jumlah penonton dan tingkat persaingan di Serie-B menjadi memanas, menurut riset, antusiasme penonton di Serie-B meningkat secara signifikan, membeludaknya jumlah penonton tuan rumah saat tim kesayangan mereka tampil menghadapi Juventus dapat dilihat sebagai bukti memanasnya Serie-B, karena mungkin tidak setiap musim mereka dapat melihat permainan Del Piero dkk di stadion kebanggaan mereka
Milan kehilangan rival terberat mereka dan Inter melenggang tanpa lawan (walaupun mereka akan ‘merindukan’ Derby d’Italia yang kini tinggal sejarah), dan mendominasi penuh musim ini, sangat disayangkan ‘pesaing-pesaing’ seperti Roma dan Lazio ternyata tidak bisa berbuat banyak selain menjadi pecundang (lagi). Musim ini juga menjadi arena kebangkitan tim-tim medioker yang pada tahun-tahun terdahulu hanya bisa menjadi pecundang Juve, Milan maupun Inter.
Tak bisa dipungkiri, terlepas dari segala ‘konspirasi’ yang mungkin terjadi dalam kasus calciopoli, pengaruh dari absennya tim dengan jumlah fans terbesar di Italia ini benar-benar membuat perbedaan besar di Serie-A.
Apakah musim depan Liga Italia akan kembali semarak dengan Squadra Bianconeri?! Mari kita tunggu..